Selamat datang di https://matsarkem01mlg.blogspot.com, Ahmad Sohifianto Menerima rangkaian bunga melati :sundo,solo putri,paes ageng,sundo siger,Kembar mayang,penjor,dll. MELATI by : SEKAR KEDHATON, Untuk Info Selengkapnya Hubungi +62 822-2900-0076

Senin, 01 Maret 2021

Kabel Data

 

Kabel Data  

By : Agus lh / lhagus813@gmail.com

 

 

 Kabel Data Kwetiau Warna Micro USB - Jadi Store

Mendengar kata “Kabel Data” yang langsung terfikir dalam benak otak kita adalah “kabel data HP”, mengapa dmikian ? Ya, karena secara umum dalam lingkup sekitar kita yang namanya Kabel data oleh kebanyakan orang secara langsung mengambil kesimpulan adalah kabel data hp. Padahal kita tau yang namnya Kabel Data bukan hanya menyangkut  pada satu perangkat saja. Hal ini disebabkan oleh pengaruh media penyampai informasi, pelaku pasar, tren yang sudah lama buming lagi, serta hebatnya tim marketing yang dapat menjadikan image kepada semua orang (termasuk penulis juga sering mengartikan kabel data yaitu kabel data hp).

Berikut penjabaran tentang Kabel Data, yang diperoleh dari www.wikipedia.com , www.google.com dan berbagai sumber :

 

Rabu, 24 Februari 2021

RIASAN PENGANTIN ADAT MADURA

 

RIASAN PENGANTIN ADAT MADURA

By : lhagus813@gmail.com

 


 

Menurut informasi yang didapat dari idntimes Riasan pengantin Madura Lilin berasal dari Kabupaten Sumenep, Madura. Ciri khasnya adalah hiasan melati menyerupai lilin yang dikenakan oleh pengantin sebagai simbol kesucian.

Menurut para budayawan, pakem dari busana pengantin yang dikenakan adalah kebaya putih yang juga melambangkan kemurnian hati. Sekarang, riasan ini perlahan mulai ditinggalkan. Walaupun masih ada yang memakainya, mereka memilih mengenakan kebaya modifikasi.

Sekilas info biar nggak lupa, pada tahun 2006 riasan ini pernah dikenakan Alya Rohali untuk pernikahannya dengan Faiz Ramzy Rachbini.

 


 


Siraman

 



 

 

Sejarah

Menurut pakem adat Madura sendri memiliki kebudayaan yang mengandung sejarah yang sudah lama, tapi penulis baru mengetahuinya. Ketika mencermati budaya Madura, maka acuan utamanya ialah sejarah. Tanpa melihat sejarah, maka akan sulit mencari akar budaya tertentu. Sementara sumber sejarah beragam, baik sumber lisan maupun sumber tertulis yang bisa dipertanggung jawabkan.

Ketika bicara pernikahan di Madura, maka seperti seperti melewati sebuah rangkaian panjang yang cukup melelahkan. Dimulai dari pra pertunangan yang memiliki beberapa tingkatan seperti ngin-angin, arabhas pagar, dan nyaba’ jajan. Sebuah ritual panjang yang sarat makna. Namun yang terpenting pesan yang dikandung di dalamnya; yaitu begitu memuliakan kaum perempuan. Ya, meminang perempuan di Madura tidak serampangan.

Kembali pada sejarah, sejatinya kiblat budaya sekaligus pemerintahan Madura kuna terletak di Sumenep. Hal itu tersirat pada sebuah prasasti kuna di pintu Agung keraton Sumenep dalam bahasa Arab dan Madura kuna, yaitu Brahmono Hasmoro Hung Putri Hayu—yang berarti Brahmono = 6; Hasmoro = 8; Hung = 9; Putri = 1; dan Ayu = 1. Maknanya, susunan struktur susunan pemerintahan di Sumenep sudah ada sejak 1 Januari 986 Masehi.

Apalagi, Sumenep juga merupakan kabupaten tertua berdasar penetapan tanggal hari jadi di empat kabupaten di Madura. Berdiri pada dekade keenam di kurun 1200-an Masehi menunjukkan kota kecil ini bahkan lebih tua dari kerajaan Majapahit. Sehingga dengan kata lain, Sumenep merupakan pusat pemerintahan di dua masa kerajaan besar Nusantara; Singhasari dan Majapahit.

Nah, dari uraian ini didapat fakta bahwa kebudayaan berkembang dari Sumenep dan kemudian menyebar ke seluruh pelosok di Madura, mulai dari Pamekasan, Sampang hingga Bangkalan. Namun, karena sejak mula Sumenep berada di bawah pemerintahan raja-raja di tanah Jawa, maka kebudayaan di Madura pada umumnya merupakan hasil pembauran dengan kebudayaan lokal. Pengaruh pembauran ini terus berkembang, seiiring dengan masuknya beberapa budaya luar. Seperti pengaruh Islam, budaya Arab, Cina, dan Eropa.

Dalam hal pembauran dengan Jawa, hal ini bisa dilihat dari tradisi sebelum prosesi perkawinan, yaitu sehari atau malam sebelum hari pernikahan. Tradisi ini hampir sama dengan di Jawa Tengah, hanya istilahnya saja yang beda. Tradisi yang di sana dikenal dengan istilah midodareni, di mana sang mempelai perempuan mengenakan busana bahasan seperti kemben. Dengan busana ini mempelai perempuan melewati serangkaian perawatan tubuh, seperti dilulur (elolor dalam bahasa Madura) dan rambutnya diasapi dupa yang wangi. Kemudian dilanjutkan sapuan bedak kamoridan, yaitu bedak bida yang sarat khasiat. Kemudian yang terakhir ialah meminum jamu khusus yang diyakini mampu membuat tubuh menjadi harum.

Tak ayal lagi, keberadaan tata rias pengantin di Madura ini tak hanya memiliki nilai estika maupun filosofi positif. Tata rias pengantin atau paes di Madura ini juga mampu menampilkan sisi beda dari kedua mempelai; yakni mempelai perempuan terlihat menjadi lebih cantik juga anggun, dan yang pria terlihat lebih tampan serta gagah.

Demikian sekilas tentang Riasan Pengantin Adat Madura yang dapat saya post, terima kasih.

 

 

 

 

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Postingan Populer